Posted by : Ridwan Sobirin Monday, January 13, 2014

Halo, apa kabar? 
Sudah lama tidak menemui kalian dengan tulisan-tulisan saya di sini. How are you doing, fellas? Hope you are all doing fine there.  Pada kesempatan ini, saya akan bercerita tentang beberapa teman kuliah saya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB Unpad) yang keberadaannya memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan dan pembangunan perspektif  serta cara berpikir yang saya miliki sampai sekarang.

Saya menemukan ada banyak sekali orang yang tanpa mereka sadari, langsung maupun tidak langsung, telah mempengaruhi cara berpikir dan perspektif saya dalam melihat berbagai fenomena yang saya lihat dan alami. Namun demikian, di sini saya memilih satu orang dari setiap departemen (IESP, Akuntansi, Manajemen), serta satu orang dari tingkat postgraduate (S2) dan Diploma 3 (D3) yang saya rasa keberadaannya begitu dominan di dalam mewarnai atau bahkan merubah pandangan saya terhadap berbagai hal. Siapa saja mereka? Mari kita lihat dan semoga kalian bisa mengambil pelajaran dari orang-orang hebat ini. Here you are....

  • Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan - Hanifah Umi Haryati
Siapa yang tidak mengenal sosok Hanifah Umi Haryati (Hani)? Saya rasa hampir semua orang di fakultas mengenal teman saya yang satu ini. Sosoknya yang cerdas dan aktif membuatnya dikenal tidak hanya oleh satu angkatan, namun oleh para senior dan junior-juniornya dari berbagai jurusan. Pertama kali saya mengenal mojang Bandung yang sholehah namun tetap gaul ini saat saya dan Hani mengikuti kegiatan PPJ (Orientasi Jurusan IESP) tahun 2009. Pelajaran berharga yang saya dapatkan dari Hani dimulai saat saya dan Hani berada di dalam satu divisi (Divisi acara) dalam kegiatan yang sama, yakni PPJ tahun 2010 sampai pada berbagai perlombaan yang kita ikuti bersama seperti lomba Danone, BI, Microeconomics, dan tentu saat kita menjadi Teaching Assisstant (TA) di Departemen IESP serta program Young Researcher Program di CEDS. 


Hal pertama yang saya dapat pelajari dari Hani adalah kedisiplinan. Saya sangat mengagumi bagaimana cara Hani bisa mengatur waktunya secara efektif ditengah jadwal kuliah dan organisasinya yang sangat menumpuk (Saya mengetahui bahwa Hani selain secara akademik bagus, kegiatan organisasinya sangat luar biasa banyak, ditambah lagi dengan posisi yang diembannya di organisasi-oraganisasi tersebut sangatlah besar. Jujur saya sangat salut dengan hal ini, kadang hal inilah yang saya harapkan ada pada diri saya pada saat itu. Hasilnya luar biasa, meskipun sangat aktif, Hani bisa lulus dengan predikat Cum laude dan siap bekerja di sebuah institusi ternama dan sangat mapan di Indonesia, yakni BAPPENAS RI. Sebelumnya Hani juga diterima di Kementrian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) namun ia lebih memilih BAPPENAS dibandingkan Kemenkeu. Hebat.

Hal lain yang saya bisa ambil dari Hani adalah tentang kegigihan, kejujuran, kesabaran, dan keberanian. Sebagai teman dekat satu di kampus, acapkali saya melihat Hani sedih, kecewa, hingga menitikan air mata, namun hal yang membuat  saya takjub adalah bagaimana Hani mau untuk bangkit dan menghadapi semua masalah itu dengan gagah berani. Setelah jatuh, dia bangun lagi. Jatuh, bangun lagi. Itulah Hani, sifat yang membuat saya merasa malu ketika saya mengalami hal-hal yang tidak saya inginkan. Saya melihat Hani di sini sebagai orang yang akan melakukan usaha semaksimal mungkin sampai limit terbaiknya. Terus berusaha melakukan yang terbaik dari dalam dirinya. Hani akan berusaha untuk menyampaikan segala sesuatu dengan jujur dengan cara penyampaian yang membuat kita nyaman. Itu salah satu keistimewaannya. Hal terakhir yang saya dapatkan dari Hani adalah tentang kesabaran dan keberanian. Hani saya lihat termasuk orang yang sangat hati-hati, teliti, lembut, dan juga sabar. Acapkali saya selalu bercerita dan meminta pendapat kepada Hani tentang masalah atau kerisauan yang saya alami, dan jawaban yang saya selalu dapatkan entah kenapa selalu menenangkan. Pendapat dan sarannya begitu apik saat ia memasukkan unsur-unsur nasihat religius di dalamnya.

Overall, Hani memberikan saya pelajaran bahwa:

  1. Untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik, maka kedisiplinan, kegigihan, dan selalu melakukan yang terbaik dari dirimu adalah suatu keharusan. Jangan lemah dan menunda-nunda
  2. Jadilah orang yang berani. Keberanian membuat sesuatu terasa lebih pasti. Keberanian memberikan pengalaman-pengalaman yang membuatmu semakin mengerti, semakin tumbuh dan bijaksana. Keberanian membuatmu bisa selangkah lebih maju daripada orang-orang pintar yang takut.
  3. Tidak apa untuk menangis, jatuh atau kecewa, asalkan kita selalu dapat bangun dan bangkit kembali dengan tenaga perubahan yang luar biasa lebih besar.
  4. Sebelum kita ingin dimengerti oleh orang lain, sebaliknya, kita harus mau mengerti mereka. Bersabarlah. Bersabar mendatangkan kebaikan.
  5. Selalu melihat sesuatu dari sudut pandang yang positif. Selalu ingat ada campur tangan Allah yang kekuatannya bisa merubah sesuatu yang terlihat mustahil menjadi benar-benar terjadi.


  • Departmen Manajemen - Gusti Muhammad Alamnusa
Salah satu penyesalan yang mungkin saya bisa sebutkan selama kuliah adalah karena saya mengenal Gusti di masa-masa akhir perkuliahan saya. Kenapa saya tidak mengenal dia dari semester-semester awal ya. Saya mengenal sosok Gusti ketika awal semester enam. Entah bagaimana bisa hal tersebut bisa terjadi karena yang saya rasa, saya cukup mengetahui banyak teman-teman dari berbagai jurusan di fakultas ini, entahlah. Lalu mengapa saya memasukkan Gusti ke dalam daftar nama-nama ini kalau memang saya hanya baru mengenalnya di semester-semester akhir perkuliahan? 



Hal yang menarik dari persahabatan saya dengan Gusti adalah bagaimana dia bisa memperkenalkan saya dengan sesuatu yang bernama passion. Gusti selalu mengingatkan saya tentang betapa pentingnya peran passion bagi hidup kita. Selama ini saya pikir kita hanya melakukan saja yang terbaik, meraih yang terbaik, meskipun terkadang kita benar-benar tidak menyukainya. Di saat inilah kehadiran Gusti mengingatkan saya tentang sesuatu yang hampir luput di dalam hidup yang saya jalani, yakni passion. Apa passion kamu? Di masa depan kamu mau jadi apa? Seperti apa? Bagaimana caranya? Hal-hal semacam itulah yang sering kita diskusikan.

Selain passion, Gusti juga mengajarkan saya tentang arti kejujuran, terutama kejujuran pada diri sendiri. Tentang menjaga perasaan orang lain, berperikalu, keegoisan, dan tentang bagaimana membuat cara berpikir saya semakin dewasa.

Jarang saya mendiskusikan hal-hal kecil seperti makanan hingga masalah-masalah kenegaraan, politik, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan. Namun dengan Gusti saya bisa melakukannnya (Meskipun tak jarang selalu berakhir dengan perdebatan panjang. Ha!).
Gusti juga orang yang memberikan saya perspektif baru tentang leadership secara sederhana. Hal yang saya kagumi dari teman saya yang salah satu passion-nya di bahasa ini adalah tentang daya analisisnya. Saya rasa Gusti memiliki daya analisis yang bagus di berbagai aspek, tidak hanya analisis bisnis yang memang dipelajari di Departemennya. Daya analisisnya tajam kalau boleh saya sebut. Dengannya, saya juga semakin terpacu untuk terus meningkatkan daya analisis saya.

Hal terakhir yang Gusti berikan pada cara pandang saya adalah bahwa hidup merupakan serangkaian proses belajar. Itu berarti sebagai konsekuensinya, kita harus terus memelihara rasa, hasrat, dan keinginan untuk belajar sampai kapanpun, dimanapun, dan dari siapapun itu. Kesombongan akan membuat kita celaka. Dari setiap obrolan-obrolan dengannya, saya juga belajar bahwa berpikiran positif terhadap siapapun dan apapun yang terjadi amatlah esensial bagi keindahan dan ketenteraman hidup yang kita jalani.

Gusti sekarang masih berada di Taiwan, mengerjakan salah satu passion yang dia miliki yakni belajar bahasa asing. Saya sangat bahagia mendengarnya karena akhirnya dia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya selama ini, dan ini pun semakin meyakinkan saya bahwa jika kamu memiliki passion, lalu kamu sungguh-sungguh di dalamnya, cepat atau lambat kamu pun akan tahu, semesta telah dan akan selalu mendukungumu. Ya, semesta mendukung.


  • Departmen Akuntansi - Audia Syafa'atur Rahman
Berbeda jauh dengan Gusti, teman saya yang satu ini justru sangat realistis dan tentu hal itu sangat saya kagumi pula. Saya memandang Audia sebagai orang yang realistis (dalam arti yang tentu sangat baik). Sungguh beruntung bagi saya bisa menjadi teman Gusti dan Audia. Mereka membuat saya merasa seimbang. Gusti sering berbicara tentang passion dan terkesan lebih idealis sementara Audia cenderung lebih realistis dengan daya nalar yang luar biasa bagus. 

Pertama kali berkolaborasi dengan Audia adalah ketika saya bergabung di BPM FEB Unpad. Audia memberikan saya pandangan bahwa hidup haruslah terus bergerak, bahwa setiap kesempatan haruslah digunakan semaksimal mungkin agar tidak lelah dua kali, bahwa hidup haruslah cepat dan tegas, bahwa hidup haruslah juga tetap religius dan memberikan manfaat bagi orang lain, bahwa kesenangan tidak hanya melakukan apa yang kita sukai, tetapi juga menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab yang sudah kita terima. 

Ya, kesenangan tidak hanya melakukan apa yang kita sukai, tetapi juga menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab yang sudah kita terima. Saya sangat menyukai kesimpulan tersebut. Itulah kesimpulan yang saya dapatkan dari obrolan-obrolan jenaka saya dengan Audia.

Saya sangat senang dan menikmati saat berdiskusi dengan teman saya yang satu ini. Pendapat dan pemandangannya jujur, langsung pada pokok permasalahan, tegas, dan kadang begitu jenaka. Saya pun sangat mengagumi daya analisis dan wawasan Audia.

Betul, yang saya kagumi dari Audia adalah bagaimana ia memberitahu saya secara tidak langsung bahwa hidup ini haruslah memberi manfaat sebesar-besarnya. Jauh di dalam pribadinya, saya melihat sisi religius yang ingin saya tiru. Religius namun bersahaja. Sama dengan Hani dan Gusti, Audia begitu apik memberikan saya teladan tentang kejujuran yang tegas dan efektif. Saya juga belajar ketidaksombongan, low profile, dan bagaimana indahnya menjadi seseorang yang easy going.

Kini Audia sedang meniti karir di sebuah perusahaan konsultan top dunia, PwC (Powerhouse Cooper). Saya yakin, dengan modal yang sudah dimiliki olehnya saat ini ditambah dengan wawasan dan pengalaman pengalaman baru yang dia telah dapatkan, tidaklah sulit bagi Audia untuk meraih masa depan gemilang di beberapa tahun ke depan.

  • Postgraduate 2 (S2) -  Teh Irena Pramono

Terus berbuat baik secara sabar, ikhlas, tanpa pamrih  atau mengharapkan imbalan. Itulah poin penting yang saya dapatkan dari teh Irena (kiri) ini. Bertemu dengan teh Irena melalui program Young Researcher Program (YRP) adalah sebuah keberkahan bagi saya. Bagaimana tidak, secara sekejap teh Irena telah menggeser perspektif dan cara pandang saya tentang kehidupan. Sebagai mahasiswa yang setiap harinya bergelut dengan masalah ekonomi. cost and benefit, uang, efisiensi, keuangan, tentu secara sadar atau pun tidak masuk ke dalam cara pandang saya. Namun teh Irena secara sekejap berhasil memberikan warna baru di dalam pemikiran saya.



Yap, teh Irena adalah orang yang mengajarkan saya tentang arti keikhlasan secara lebih dalam, tentang terus memberi tanpa mengharapkan imbalan, tentang kesederhanaan, tentang bagaimana terus membantu orang lain dan tersenyum meskipun suasana hati kita benar-benar tidak mengijinkan. Teh Irena mengajarkan bahwa sudah seharusnya pada saat kita membantu orang lain, kita tidak boleh untuk merendahkan dan menyinggung perasaan mereka.


Teh Irena memberikan saya keyakinan bahwa orang baik akan selalu ditolong dan disukai oleh orang lain. Bahwa kebaikan akan selalu mendapatkan balasan kebaikan pula, bahkan lebih besar lagi. Teteh yang santun ini juga memberikan pengalaman penting bagi saya tentang arti pengorbanan, meskipun itu terkadang tidak selaras dengan keinginan hati yang kita miliki. 

Saya sangat percaya cepat atau lambat, keinginan teh Irena pasti akan segera datang, atau pasti akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik di depan sana.

Teh Irena telah lulus dari program S2-nya. Kini telah menikah dengan jodoh yang saya yakin sangat baik bagi teh Irene, seorang pria sekaligus ilmuan handal di sebuah institusi terpandang di negeri ini.

  • D3 (PAAP) -  Wulan Andriany
Sekarang mungkin saya harus mengoreksi status mahasiswa dari sahabat saya yang satu ini. Kini Ully (Sapaan akrab saya pada Wulan), sudah bukan mahasiswa D3 lagi, namun sudah menjadi mahasiswi S1 di salah satu universitas di Jepang. Begitulah, Ully, sosok yang muncul di akhir-akhir masa kuliah saya seperti halnya Gusti dan Teh Irene adalah orang yang secara tidak dia sadari telah menginspirasi sekaligus memperkaya cara pandang saya terhadap berbagai hal.

Sebagian besar orang di negara berkembang seperti Indonesia mungkin masih menganggap bahwa bahwa mahasiswa D3 tidak sehebat mahasiswa S1. Namun demikian, pendapat-pendapat seperti itu tentu dapat terbantahkan kalau kita melihat segudang prestasi yang dicapai oleh seorang Ully.

Ully adalah sosok teman yang sangat menginspirasi, humoris, modern, apa adanya, dan tentu sangat baik. Ully memberikan saya persepsi bahwa bagaimanapun kondisimu sekarang, bukanlah menjadi alasan bagimu untuk tidak maju. Jika kamu memiliki mimpi yang begitu besar, maka bersungguh-sungguhlah untuk mencapainya. Percaya dan bekerja keraslah, jangan pernah memperdulikan pikiran atau perkataan negatif orang lain. Ini adalah kehidupanmu, berjuanglah terus untuk itu.

Ully juga memberitahukan saya melalui kepribadiannya untuk hidup sepenuhnya dan berusaha untuk tidak pernah mengecewakan orang lain, apalagi menghilangkan kepercayaan orang lain kepada kita. Ia meneladankan untuk selalu berderma dalam ilmu dan kebaikan.

Ully mengajarkan untuk tertawa, untuk peduli, untuk menikmati hidup, untuk jangan patah semangat dalam mewujudkan mimpi, untuk selalu bahagia. 

So, begitulah teman-teman, merekalah lima orang di fakultas saya yang menurut saya begitu melekat di dalam membentuk pandangan, perspektif, dan cara berpikir baru di dalam diri saya. 

Saya sangat menunggu tatkala saya bisa bertemu dengan mereka untuk kembali saling mengingatkan, saling menasehati, saling bertukar pengalaman, atau hanya sekedar untuk bersenda gurau tentang kehidupan sambil menikmati secangkir kopi sore di kedai kopi dekat kantor.

Ya, di atas segalanya, saya sangat bersyukur bisa mengenal dan juga bisa menjadi bagian dari kisah mereka. Hope we can reunite again very soon. Greatest wishes and prayers for your future endeavors, Hani, Gusti, Audia, Teh Irene, Ully. 

Best,

Ridwan


{ 4 komentar... read them below or Comment }

  1. Thanks Wan..
    Wish I was good as you described..
    I am sure you will meet more inspiring people in the future and you will become one of them one day..
    Goodluck!!

    ReplyDelete
    Replies

    1. Alam (Gusti), is that you right? Thanks, Lam! Hayoooo semangat belajarnya di Taiwan. Terus pulang dan wujudkan mimpi-mimpi maneh yang lain! :)

      Delete
  2. Dear Ridwan,
    I found your comments on Hanifah and Ully-Wully to be right on the mark. I also suspect that both of them will see you in the same vein.
    Good luck on the next phase of your life : professional career.
    : - )
    HD.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waw, terima kasih sekali Pak Harlan sudah berkenan mampir di blog saya. Mudah-mudahan isinya bisa memberikan dampak positif bagi siapa pun yang membacanya.

      Also, thank you for your supports and prayers. The professional career seems like very interesting to be explored. Can't wait! : - )

      Delete

Ridwan Sobirin. Powered by Blogger.

Visitors

- Copyright © Ridwan's Personal Light Thoughts -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -