Posted by : Ridwan Sobirin Monday, January 13, 2014



Mungkin sebagian diantara teman-teman ada yang bertanya-tanya apa yang saya lakukan semenjak saya lulus kuliah pada bulan Agustus lalu hingga diterimanya saya di Bank Indonesia. Jawabannya sederhana: Saya melakukan kegiatan sukarelawan (Volunteering).

Ya, sambil menjalani proses tes BI tersebut, beberapa kegiatan saya lakukan di dalam periode tersebut, antara lain membantu berbagai kegiatan dosen, mengikuti berbagai seminar ekonomi
, pergi ke perpustakaan, berolah raga secara rutin, bersilaturrahim kepada para kerabat dan teman-teman lama, mengikuti berbagai kegiatan asrama, serta yang menarik adalah tatkala mengikuti kegiatan sukarelawan yang diadakan oleh Dompet Dhuafa Jawa Barat. Di sini, saya membantu mendata dan menyalurkan berbagai bantuan yang berasal dari Dompet Dhuafa bagi saudara-saudara kita yang benar-benar membutuhkan.

Pernahkah kalian merasakan betapa keras dan susahnya kehidupan seorang pemulung? Pernahkah kalian masuk ke dalam rumah seseorang wanita muda (Usianya sekitar 20 tahunan) yang berukuran 4x5 meter sementara ia memiliki seorang ibu yang terkena tumor dan lumpuh, ayah yang menjadi pemulung, kakak yang menganggur, dikejar hutang dan sewa kontrakan rumah, ditinggal suami yang tidak bertanggung jawab, sementara di sisi lain harus membiayai 3 anak yang masih bersekolah? Pernahkah? Belum lagi ia harus bekerja dari pukul 7 pagi hingga 7 malam. Ah, sebentar. Itu hanyalah sebagian kecil dari cerita orang-orang yang pernah saya temui selama menjadi relawan bersama Dompet Dhuafa Jawa Barat.

Tak jarang secara diam-diam mata ini berkaca-kaca. Ah kawan, bukannya saya cengeng, tapi ternyata saya disadarkan betapa lamanya saya ini telah ingkar akan nikmat yang sudah dimilikinya. Betapa jarang diri ini menysukuri nikmat uang Rp 10.000 padahal seseorang di luar sana perlu berpanas-panasan selama hampir seharian untuk mendapatkan nilai uang sebesar demikian.

Bagaimana mungkin saya bisa menahan air mata tatkala seorang ibu yang bekerja dari pagi hingga petang mengais sisa-sisa sampah mendoakan saya dengan doa yang sederhana namun ikhlasnya begitu terasa hingga menggetarkan setiap rongga dada saya:

"Semoga adek selalu diberikan kesehatan yang panjang. Semoga cita-citanya tercapai. Dimudahkan segala urusannya, diperbanyak rezekinya...."

Ah, sebuah doa sederhana dari seorang ibu pemulung yang begitu terasa ikhlas, tentram, menenangkan.

Dan kini saya pun lebih memahami bahwa mungkin saja pencapaian keberhasilan yang saya dan kamu raih hingga saat ini adalah akibat adanya berkah dari keikhlasan pertolongan yang kita berikan di masa lalu pada mereka yang sangat membutuhkan bantuan.

Mungkin apa yang saya dapatkan saat ini adalah karena dulu saya pernah mengikuti kegiatan sukarelawan seperti ini. Ada doa dari mereka yang menerpa setiap langkah usaha saya. Bukankah orang yang mempermudah hidup orang lain maka hidupnya pun akan dipermudah oleh Tuhan? 
Begitulah dalam Islam kita diajarkan.

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. tulisan di blognya bagus bagus, seketika jadi tersadar betapa tidak bersyukurnya menjalani kehidupan selama ini. masih suka banding2in kehidupan orang lain padahal semua sudah tercukupi alhamdulillah. terimakasih atas tulisannya yang mengetuk pintu hati:)

    ReplyDelete

Ridwan Sobirin. Powered by Blogger.

Visitors

- Copyright © Ridwan's Personal Light Thoughts -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -